Batammoranews.com – Kamis 5 Juni 2025
SIAK – RIAU – Hari Rabu,tanggal 4 Juni 2025 tercatat sebagai momen bersejarah di Kabupaten Siak. Di hari itu, seorang perempuan yang dahulu menulis berita dari balik meja redaksi kini resmi dilantik sebagai Bupati Siak periode 2025–2030. Ia adalah Afni Zulkifli, mantan jurnalis yang kini menggenggam mandat rakyat.
Tak berasal dari keluarga politikus, bukan pula keturunan bangsawan, Afni lahir dan besar sebagai anak tukang lontong dari sebuah gang kecil di belakang SMAN 1 Siak. Namun dari lingkungan sederhana itu, ia memulai perjalanan panjang yang mengantarnya ke panggung kekuasaan.
Dari Pena Menuju Pengabdian
Afni lahir pada 23 Juni 1985 di Siak. Ayahnya bekerja serabutan, sementara ibunya berjualan lontong untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Kehidupan masa kecilnya ditempa oleh keterbatasan, namun semangat belajarnya tak pernah padam. Setelah menempuh pendidikan di pesantren, ia menamatkan SMA di kampung halaman sebelum melanjutkan kuliah di Universitas Islam Malang, mengambil jurusan Ilmu Administrasi Publik.
Lulus tahun 2007, Afni memilih jalan yang tak lazim bagi lulusan administrasi: menjadi wartawan. Ia bergabung dengan salah satu jaringan media nasional dan langsung terjun ke lapangan, meliput berbagai peristiwa mulai dari kriminalitas hingga bencana alam. Dengan satu motor dan satu kamera, ia meliput gempa Padang, kerusuhan buruh, hingga kunjungan presiden.
Afni dikenal di kalangan jurnalis sebagai sosok yang ulet, berani, dan teguh memegang prinsip. Di tengah tantangan profesi dan keterbatasan finansial, ia tetap konsisten mengejar kebenaran.
Menapaki Jakarta, Kembali dengan Misi
Dedikasi dan integritasnya membawanya ke Jakarta. Ia dipercaya meliput kegiatan DPR RI, Istana Negara, hingga forum internasional. Namun meski berada di pusat kekuasaan, hatinya tak pernah jauh dari Siak. Tahun 2015, ia kembali ke Pekanbaru sebagai Pemimpin Redaksi.
Momen penting terjadi saat ia memimpin pemberitaan krisis kabut asap di Riau. Afni dan timnya terus mengangkat isu tersebut hingga menarik perhatian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ucapannya yang tajam dan berbasis data membuatnya dipercaya menjadi Tenaga Ahli Menteri LHK, posisi yang membawanya turun langsung ke lapangan, menangani konflik agraria, serta memperjuangkan hak masyarakat adat dan petani.
Dari Jurnalis dan Aktivis Jadi Kepala Daerah
Meski telah menempati posisi strategis, Afni tak kehilangan akal, Ia menyelesaikan pendidikan doktoral, mengajar sebagai dosen, aktif di organisasi perempuan, dan terus berada di tengah masyarakat. Maka, ketika ia memutuskan maju sebagai calon Bupati Siak pada 2024, publik tak terkejut—karena selama ini pun ia sudah hadir tanpa jabatan.
Afni berpasangan dengan Syamsurizal (Partai Demokrat), maju sebagai pasangan nomor urut 2. Mereka menghadapi petahana Alfedri–Husni Merza dan pasangan Irving–Sugianto. Meski diragukan karena bukan dari kalangan elit politik, serta dihina karena dianggap “hanya seorang wartawan perempuan”, dukungan rakyat justru terus mengalir.
Hasil Pilkada menunjukkan kemenangan tipis: Afni–Syamsurizal unggul hanya 224 suara dari petahana. Sengketa berlanjut hingga ke Mahkamah Konstitusi dan berujung pada Pemungutan Suara Ulang. Namun hasil tetap tak berubah—rakyat kembali memilih mereka.
Afni pun mencetak sejarah sebagai perempuan pertama, mantan wartawan pertama, dan anak asli Siak pertama yang menjadi Bupati di negeri berjulukan Negeri Istana itu.
Pena yang kini Berubah Menjadi Pedang
Afni Zulkifli adalah representasi dari perjuangan sunyi yang akhirnya bersuara nyaring. Ia tak membawa nama besar, tapi membawa rekam jejak yang nyata. Ia tak datang dengan baliho, tapi dengan bukti kerja. Ia membuktikan bahwa pena tak hanya mencatat sejarah tapi bisa pula menuliskannya ulang.
Dari ruang redaksi ke ruang rapat, dari tulisan ke kebijakan, dari suara rakyat ke kursi eksekutif, Afni adalah bukti bahwa demokrasi masih hidup, dan harapan bisa datang dari tempat yang tak disangka.
Ia tak pernah mengangkat senjata. Tapi tiap kata yang ia tulis, tiap langkah ke pelosok desa, dan tiap suara yang ia dengarkan, kini menjadi senjatanya. Pena itu kini telah menjadi pedang—bukan untuk melukai, tapi untuk membelah jalan bagi keadilan dan perubahan.
Dari Wartawan, untuk Negeri.
Afni tak mengubah dirinya saat menjadi pemimpin. Ia hanya memperluas panggung perjuangan. Dari sekadar menyuarakan rakyat, kini ia menjadi wujud dari suara itu sendiri.
Dan mungkin benar adanya: dalam dunia yang penuh tipu daya, seorang jurnalis yang jujur adalah pemimpin yang telah lama dilatih oleh nurani. Afni Zulkifli adalah satu dari yang langka itu.
Catatan Redaksi:
Tulisan ini didedikasikan untuk mengenang sebuah perjalanan yang penuh tekad, dari lorong kecil di belakang sekolah menuju podium kepemimpinan tertinggi di Siak. Karena dalam demokrasi, siapa pun yang punya integritas dan keberanian, pantas memimpin.
____________________
Ali dan Tim
Batammoranews.com