Batammoranews.com, Kamis 11 September 2025

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Batam – Manhaj Sunni itu lebih lunak pemimpin, lebih dgn pejabat karena memang fikih kita konsepnya semacam mencari jalan aman kepada pejabat (penguasa) yang dhalim. Hadits-hadits yang boleh berkembang dan dicatat dalam buku hadits hanyalah hadits-Hadits untuk mengatur, mengontrol, mengevaluasi dan menghukum masyarakat termasuk mengurusi perempuan. Bukan untuk mengevaluasi dan menghakimi pemimpin, kalau pun ada itu sangat minim sekali dan tidak begitu krusial.

Jika ada ahli Hadits yang berani mengumpulkan Hadits-Hadits yang mengkritisi kehidupan pejabat (penguasa), pasti sejak dulu sudah dihukum, bahkan dibunuh dan difitnah oleh mereka yang menyebut dirinya penguasa Islam. Karena itu, coba baca kitab-kitab Hadits yang tersebar hari ini, Isinya hanya bab cara mengatur ibadah sehari-hari dan cara menghukum perilaku masyarakat. Hadits-Hadits semacam ini sangat menguntungkan penguasa dalam mengontrol perilaku massa, karenanya pengajian kita sehari-hari pun seputaran fikih ibadah ini dan dikontrol sedemikian ketat dan rapi.

Padahal, Nabi itu hampir sepanjang hidupnya berjihad melawan musuh, melawan kekuasaan yang despotis, melawan kelompok dan para pemimpin dhalim dari suku dan saudaranya sendiri. Nabi Berperang, menghukum dan menyita harta mereka, anehnya, hadits-hadits jihad, perlawanan dan penegakan amar makruf yang tegas tersebut hampir tidak pernah muncul dalam kitab dan khutbah, apalagi di baliho-baliho dipinggir jalan.

Padahal, berapa banyak Nabi berkhutbah Jumat selama hidupnya, katakan setahun saja, dimana setiap bulan ada 4 kali Jumat. Berarti dalam setahun Nabi melakukan 48 kali khutbah, Itu hanya setahun. Mana catatan detil khutbah-khutbah Nabi, yang notabenenya didengar oleh puluhan, ratusan atau mungkin ribuan orang.

Tidak ada! Padahal khutbah Jumat itu paling sakral karena berisi pesan jihad, adil dan ihsan, Isinya pasti sangat tajam. Sasarannya sudah pasti pemegang kekuasaan, tidak ada kitab Hadits tentang itu sebab tidak boleh dicatat dan tidak boleh dikompilasi menjadi kitab, Harus dihilangkan.

Karena itu pula, manhaj kita sangat “impoten” saat melihat zionis menghabisi rakyat Palestina. Sebab kita tidak punya cukup Hadits untuk menentang pemimpin kita yang pro zionis. Kita hanya punya Hadits untuk mendukung pemimpin yang dhalim. Hadits-Hadits dalam manhaj kita hanya seputaran haramnya memberontak terhadap pemerintah, walau dhalim. Doktrinnya:”Pemimpin Islam walau dhalim, itu lebih baik daripada tidak ada pemimpin atau anggapannya lebih pemimpin Islam yang dhalim daripada dipimpin oleh non Islam.” Ya semacam itu Haditsnya yang pro penguasa dhalim.

Tapi, kalau ada kelompok masyarakat lain yang berbeda dengan nya maka dianggap sesat, itu cepat diproses dan banyak Haditsnya yang membelanya. Sebab Hadits-Hadits yang banyak ya seputaran cara berkonflik dengan sesama. Ada kelompok yang berupaya untuk melemahkan kesatuan islam maka perlu memperbanyak untuk mengajarkan dengan hal-hal sifat berbau khilafiah. Dengan terjadinya pecah belah tersebutlah dapat menguatkan posisi kekuasaan dan posisi pemerintahan dhalim tetap kuat, bukan cara menurunkan pemerintahan yang dhalim.

Berbeda dengan manhaj Islam tetangga kita, mereka punya banyak Hadits tentang jihad, menegakkan keadilan dan ihsan. Bahkan jihad menjadi salah satu rukun aqidah keislaman mereka, di kita itu tidak boleh karena dianggap berbahaya dan dicap sebagai kelompok radikal. Salah-salah, pemerintah jadi sasarannya. Contohnya pada Tahun 1979; Shah Reza Pahlevi, Inggris dan Amerika turut menjadi rombongan korban dari ideologi ini.

Karenanya; Iran, Hizbullah, Yaman, dan kelompok-kelompok muqawama se-ideologi lainnya; itu sangat aktif dan berani melawan zionis. Selain punya Quran dan Hadits; mereka punya kitab namanya “Nahjul Balaghah”. Isinya khutbah dan surat-surat Imam Ali bin Abi Thalib. Hampir semuanya tentang Syarah Hadits Nabi dan peringatan sang Imam untuk para pemimpin agar tidak berbuat dhalim.

Manhaj ini sangat berbahaya, karena punya ideologi yang kuat untuk menolong yang lemah, menggulingkan pemerintahan yang dhalim, korup dan suka bermewah-mewah. Karenanya dibenci dan difatwakan sesat oleh elit kapitalisme global, dianggap manhaj sesat karena berbahaya bagi kekuasaan dhalim.

Negara-negara aristocrat Arab yang despotic sangat takut dengan ideologi Islam semacam ini, Kalau ajaran mereka berkembang di seluruh Arab, bisa tumbang dalam semalam kekuasaan mereka. Karena itulah raja-jara Arab itu lebih berkoalisi, tunduk dan patuh dengan zionis, agar kekuasaan mereka langgeng. Beberapa raja Arab sudah disapu oleh gelombang Arab Spring, sisanya harus bersekutu dengan iblis, agar posisinya bertahan.

Karena itu pula, raja-raja Arab lebih mengembangkan sebuah ajaran Islam yang cenderung menjadi sholeh cukup dengan cara hafal Quran. Padahal, zaman Nabi penghafal Quran berada dibarisan jihad terdepan. Juga cara wudhuk dan sholat saja termasuk cara mengkafirkan, mensesatkan dan membidh’ahkan kelompok muslim lainnya yang dianggap berseberangan pendapat dengannya. Sebab, model keislaman ini akan mengamankan kekuasaan, para ulama dan ustad ditugaskan untuk mencari kesalahan masyarakat bukan mencari salah rajanya.

Jika hari ini terkesan gerakan Islam dibungkam, Masjid dan mushalla diawasi dengan ketat, gerakannya dibatasi, masjid dan mushalla dijadikan hanya sebatas tempat ritual, berbicara tentang syuga dan neraka atau pahala dan dosa, sedang jinayah (politik) dilarang membicarakannya sehingga menyebabkan pemikiran masyarakat saat ini adalah jika ada Ustad membicarakan politik dimasjid maupun dimushalla maka itu dianggap hal yang tabu oleh sebagian masyarakat.

Model manhaj ini juga didukung Barat sebab, mereka ingin merampok seluruh tanah dan sumberdaya alam di negara-negara Islam. Karena itu rakyatnya harus difakihkan, harus dihafalkan ayat dan Hadits, harus dialimkan tentang cara-cara mengkafirkan dan mensesatkan saudaranya sendiri. Jangan sampai rakyat kritis, hafal dan tau Hadits-Hadits untuk melawan pemimpin yang korup, bisa bahaya itu, bisa dirampas, bisa terbakar semua aset dan rumah-rumah mewah para pejabat.

Karena tidak cukup kuat dengan ideologi “perlawanan”, kita mulai mengembangkan ideologi “menjilat”. Yang penting dapat posisi dan jabatan, bisa cair proposal. Bisa dapat bantuan. Iya, kita wajib mendukung pemerintah dan pejabat yang berlaku baik dan adil. Tapi bagaimana jika angka kemiskinan rakyat masih tinggi. Sementara gaya hidup mewah, kecongkakan dan perilaku koruptif mereka tidak sembuh-sembuh? Haruskah rakyat “me-Nepal-kan” mereka semua?

Siapapun presiden Indonesia yang dipilih secara sah oleh rakyat, maka hendaknya memperbaiki Indonesia yang kita cintai ini, jika anda benar-benar komitmen memperbaikinya, In Syaa Allah akan masuk surga. Jika ini yang sedang terjadi Indonesia saat ini maka kami selalu bersama Anda! (Wallahu A’lam Bishawab)

Penulis adalah:
Aktifis pemuda, sosial dan dakwah

 

____AMB___